Wednesday, February 05, 2003

Di batas ketakberdayaan...

Jakarta, 28 Januari 2003

Dear honey....

Seperti kemarin, malam ini pun aku masih berpikir tentang kita, kedekatan kita, kehangatan kita, kemanjaan kita,..... kita-kita.... Dan masih seperti kemarin, aku juga masih terus terpuruk di berbagai tanya, beragam keraguan, yang aku tidak tahu.... kapan semuanya akan selesai....
Tetapi, tidak seperti kemarin, malam ini tidak ada air yang mengalir dari mripatku... karena selama perjalanan kita, selama itu juga sisi hatiku berdebat.... mencoba menawarkan berbagai kemungkinan, sekaligus ketidakmampuan kita menempuh kemungkinan-kemungkinan tersebut.... Terlebih ketika kita tidak mampu menyatukan hari yang sudah kita rencanakan, kita menjadi tak berdaya.... kita - terlebih aku - menangis, kemudian tertawa, tertawa dalam sedih yang berkepanjangan....lalu menangis lagi.... tangis yang mencerminkan betapa tidak berdayanya kita... tidak berdayanya aku.... Dan suatu keputusan telah diambil, keputusan yang lebih didasari dengan kemarahan, keluar dari lubuk hati...

Honey,
ketika -dengan sombongnya- aku mulai meneguhkan diri untuk memenuhi janji-janjiku terhadap keputusan kita (rasanya "keputusanku" lebih tepat yah?? ), ketika kutahan sejuta cerita yang selalu bergerak mencari tempat berlabuhnya, ketika jari-jari tertahan di batas keinginan untuk menekan nomor yang telah teramat lekat di hati, ketika itu juga hatiku berkata "betapa sombongnya aku!!! " Iya, kesombongan yang tertutup dengan wajah kemandirian, wajah kemapanan, wajah ketidakperdulian pada berbagai rasa yang menggelegak mencari engkau....Kesombongan yang membuatku mendera nurani sendiri........Duh... betapa sakitnya.... tetapi itu lah aku, sosok rapuh yang mencoba menjadi kuat.....

Maka honey, jika esok pagi engkau baca tulisan ini, ini lah jawaban dari perjalanan panjang kita, jawaban atas kedekatan kita.... karena kita telah gagal .... karena kita ternyata tak mampu, - atau bahkan tak pernah mampu menyatukan semuanya..... Meski rasa yang kita miliki semakin kuat, meski janji kita selalu kita upayakan untuk terus ada dalam hati kita, meski rentangan jarak selalu kita usahakan agar tak bermakna.... meski...... berjuta meski telah kita lakukan, tapi ketakberdayaan ternyata lebih kuat mengukung kita, menghempaskan kita pada kenyataan yang menyesakkan.... jauh menembus batas usaha kita, batas kekuatan kita....

Tetapi honey, kita masih mampu 'kan menyatukan rasa ini pada bentuk lain ? Karena -bagaimanapun- di antara kita tetap ada benang merah yang manis.... yang tak akan pernah lekang.... sejauh apapun hitungan jarak di antara kita, kita tak akan berhenti melangkah, hanya karena asa biru muda itu tak lagi bermakna. Engkau, begitu juga aku, akan tetap setia menyusuri arah hidup kita, karena itu artinya kita berdua akan tetap hidup.... sehingga aku percaya.... bahwa kita adalah orang-orang dewasa... seperti ikrar kita dahului.....


dedicated to my honey.... mercy beaucoup....